Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

SASTRA DAN BUDAYA SUKU MEE

WEST PAPUA UJUNG PANAH WEST PAPUA UJUNG PANAH  Beranda Budaya Sejarah dan Perkembangan Budaya Suku Mee Sejarah dan  Perkembangan Budaya Suku Mee by - West Papua Ujung Panah on -Kamis, 29 November 11, 2018 Budaya Suku Mee Oleh:Abet Degei Budaya memang harus di lestarikan namun untuk melestarikanya kita            membutuhkan suatu komitmen dan rasa memiliki dalam diri seseorang individu. Budaya pada dekade akhir-akhir ini merupakan suatu wacana memang jarang di perbincangkan oleh banyak orang mengapa karena mereka mengangap bahwa itu merupakan hal klasik dan merupakan suatu momok memalukan untuk diri mereka sendiri. Mengapa mereka tidak mau meleatarikan budaya mereka ? beberapa alasan yang mendasari mereka adalah: · Manusia adalah menjadikan budaya sebagai suatu momok yang memalukan. · Budaya bagi mereka tidak akan memberikan keuntungan dalam hidup mereka. · Budaya bukan bagian dari hidup mereka dalam aarti bahwa budaya bukanlah waktu buat merekan dalam ko

KRITIK SASTRA KITA

Gambar
Secara garis besar, kritik sastra dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kritik sastra umum dan kritik sastra akademis (ilmiah). Ciri yang membedakan keduanya terletak pada kejelasan metodologi dan kerangka teoretis yang digunakan, serta tujuan dan sasaran pembacanya. Esai-esai sastra yang ditulis di koran-koran atau majalah, misalnya, termasuklah ke dalam kategori kritik sastra umum. Dikatakan umum, karena ia lebih bersifat publik. Ia disampaikan untuk kalangan masyarakat luas yang sangat beragam tingkat apresiasinya. Meski sangat mungkin dalam esai itu ada tawaran konsep estetik, sebagaimana yang dilakukan Sutardji Calzoum Bachri dalam antologi esainya yang berjudul Isyarat (Magelang: Indonesia Tera, 2007), tujuan utamanya adalah untuk lebih menegaskan pertanggungjawaban estetik atas karya (: puisi) yang telah dihasilkannya. Jauh sebelum itu, sejumlah sastrawan Indonesia pernah melakukan itu. Sebut misalnya, Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, atau kakak-beradik Sanusi dan Ar

PUISI DOAKU

Gambar
                                                                            ABET DEGEI Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit, Yang semalaman tak memejamkan mata, Yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, Yang melengkung heing karena akan menerima sara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, Dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara, Yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan Pertanyaan muskil kepada angin yang menedasu entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja, Yang mengibas-gibaskan bulunya dalam gerimis, Yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu bunga jambu, Yang tiba-tiba gelisah dan terbang Lalu hinggap di dahan mangga itu Magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun Sangat pelahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan Kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, Rambut, dahi dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, Yang dengan sabat bersi

Panduan korpan

menerima

TUJUAN HIDUP KITA

Tujuan hidup adalah sesuatu yang akan Anda pahami sementara Anda semakin tinggi mendaki gunung kehidupan. Sementara Anda mendapatkan sudut pandang yang lebih besar, Anda akan lebih memahami perjalanan itu sendiri, dengan melihat ke belakang dan dengan menjadi semakin mampu mengantisipasi apa yang di depan. Tujuan hidup diwujudkan dengan mengambil perjalanan, tidak dengan mendirikan suatu penjelasan yang menyenangkan atau menarik atau suatu definisi bagi diri sendiri.  Tujuan hidup bukanlah suatu pembenaran. Tujuan hidup tidak merupakan pengganti apa pun. Tujuan hidup adalah sesuatu yang menunggu untuk Anda temukan.  Anda hanya dapat menemukannya dengan mengambil perjalanan ini, dengan mengikuti jalan, dengan belajar sambil Anda berjalan dan dengan memperoleh perspektif dan pemahaman yang lebih besar yang diperoleh sementara seseorang menjadi dewasa dalam Tata Cara Pengetahuan.  Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, Anda tel

Adat suku mee

Gambar
Pada hari ini Minggu (10/05) jam 12 : 00 WIT, setelah pulang dari ibadah, saya mengunjungi Asrama Pemda Kabupaten Paniai, yang terletak dijalan perumnas III, Waena, Kota Jayapura. Tujuan kali ini saya ingin bertemu dengan adik Demianus Gobai, seperti biasanya kami saling sapa satu sama lain, sambil bercanda gurau hingga berdiskusi apa adanya. Siang ini kami mendiskusikan beberapa pesan orangtua dulu, tentang nilai kehidupan, kami menggali istilah nilai-nilai adat suku Mee, Papua dulu. Orangtua dulu sering memberikan pesan (nasihat) yang baik kepada anak-anak mereka yang hendak pergi ke kota untuk menuntut ilmu (sekolah) atau dengan tujuan lain entah itu mencari kerja dan lain sebagainya. Pesan yang terutama dan utama sering kita dengar keluar dari mulut orangtua dulu adalah “Koti Duamakai”, istilah ini atau kalimat ini mempunyai makna yang besar bagi yang mendengar. Rupahnya sebagian adik-adik di asrama mengerti istilah ini, karena orangtua mereka perna menasihati akan hal tersebut